Dina, Raka, dan Bayu adalah tiga sahabat yang gemar bertualang. Suatu hari, mereka memutuskan untuk menjelajahi Hutan Larangan, sebuah tempat yang konon penuh misteri dan belum pernah dijamah manusia. Berbekal peta lama yang ditemukan di rumah kakek Dina, mereka berangkat dengan penuh semangat.
Saat memasuki hutan, suasana terasa sejuk dan damai. Kicauan burung dan gemerisik dedaunan menemani langkah mereka. Namun, semakin jauh mereka berjalan, kabut tipis mulai menyelimuti jalan setapak. "Aku merasa kita sedang diawasi," bisik Bayu dengan sedikit waspada.
Tiba-tiba, Raka menemukan sebuah batu besar dengan ukiran aneh. "Ini seperti petunjuk," katanya sambil membersihkan lumut yang menutupi batu itu. Ukiran tersebut membentuk simbol peta yang mengarah ke dalam hutan lebih dalam. Penasaran, mereka mengikuti arah yang ditunjukkan.
Setelah berjalan beberapa jam, mereka menemukan sebuah air terjun kecil yang sangat indah. Namun, yang lebih mengejutkan, di balik air terjun itu terdapat sebuah gua dengan cahaya keemasan bersinar dari dalamnya. Dengan hati-hati, mereka masuk dan menemukan sebuah peti kayu tua.
Dina membuka peti itu dengan perlahan. Di dalamnya terdapat gulungan kertas kuno dan sebuah kalung dengan liontin berbentuk matahari. Saat Dina menyentuhnya, tiba-tiba ukiran di batu yang mereka lihat sebelumnya menyala samar. "Mungkin ini adalah harta peninggalan suku kuno!" seru Raka penuh kagum.
Mereka memutuskan untuk membawa gulungan kertas itu kembali ke desa untuk diteliti lebih lanjut. Saat mereka keluar dari gua, matahari mulai terbenam, menciptakan bayangan panjang di antara pepohonan. Meskipun mereka belum sepenuhnya memahami misteri yang mereka temukan, satu hal yang pasti—petualangan mereka di Hutan Larangan baru saja dimulai.
**Tamat.**
No comments:
Post a Comment